Beralih ke menu navigasi utama Beralih ke bagian utama Beralih ke bagian footer website

Volume 12, No 2August

DOI: https://doi.org/10.22487/ejk.v12i2

Telah Terbit September 1, 2025

Articles

  1. Klaim Superlatif sebagai Pelanggaran Iklan Etika Pariwara Indonesia pada Iklan di YouTube: Iklan Azarine Kids, Ichitan, Le Minerale, SGM, dan Zwitsal

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelanggaran etika periklanan dalam bentuk klaim superlatif yang digunakan pada iklan Azarine Kids, Ichitan, Le Minerale, SGM, dan Zwitsal yang ditayangkan di YouTube. Klaim superlatif sering kali digunakan untuk menarik perhatian konsumen dengan menyatakan keunggulan produk secara berlebihan, tanpa disertai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi dari tayangan iklan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima iklan tersebut melanggar etika pariwara Indonesia, terutama pada pasal yang mengatur penggunaan klaim superlatif. Pelanggaran tersebut berpotensi menyesatkan konsumen, merugikan pesaing, dan menurunkan kepercayaan publik terhadap merek. Selain itu, kurangnya bukti pendukung dalam klaim tersebut mengindikasikan ketidakssesuaian dengan standar etika dan peraturan periklanan.

  2. Representasi Stereotip Gender dan Budaya Patriarki dalam Iklan MR.DIY Indonesia Bulan Ramadan Tahun 2024 di YouTube

    Iklan digital kerap menjadi media reproduksi stereotip gender dan relasi kuasa patriarki yang tersembunyi. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi representasi stereotip gender dan budaya patriarki dalam iklan MR.DIY Indonesia versi "Urusan Berbenah Jadi Mudah" dan "Urusan Lebaran Jadi Mudah" melalui analisis semiotika. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kerangka teori orders of significant Roland Barthes, penelitian membedah mekanisme tersembunyi di balik konstruksi makna dalam kedua iklan tersebut. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa stereotip gender dan dominasi patriarki tidak lenyap, melainkan bertransformasi dalam bentuk representasi yang lebih halus dan tersamar. Iklan tidak sekadar menampilkan produk, tetapi menghadirkan narasi sosial yang melanggengkan hierarki gender tradisional.

  3. Semiotika Roland Barthes Representasi Kritik Kelas Pekerja Pada Video Klip Rakesh – Penguasa Malam

    Video klip Rakesh – Penguasa Malam merupakan kisah mengenai seorang pekerja yang mengalami kondisi dilematis masalah antara beban mental kerjaan dan kebutuhan menyenangkan diri. Penelitian ini mengkaji tanda-tanda visual dari video klip tersebut mengenai kritik sosial kelas pekerja atas respon perkembangan kapitalisme. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode analisis semiotika dari Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna representasi kritik sosial kelas pekerja dari video klip Rakesh – Penguasa Malam menghadirkan representasi mengenai konflik kelas antara kelas bawah pekerja (proletar) dengan kelas atas (borjuis) dalam pengaruh kapitalisme, dimana konsep ‘alienasi’ sering dijadikan sebagai pesan visual kritik dari kelas pekerja (proletar) terhadap kapitalisme, sehingga bentuk kritik dihadirkan seperti introspeksi diri, melawan keterasingan, mencari ketenangan dan kebebasan, serta melawan kontrol sosial yang mapan.

  4. Representasi Makna Pantang Menyerah dalam Lirik Lagu Super Junior “Express Mode”

    Tekanan psikologis yang dialami generasi muda akibat krisis identitas dan ketidakpastian hidup mendorong hadirnya representasi nilai positif dalam budaya populer. Lagu Express Mode karya Super Junior menjadi media ekspresi yang mengangkat tema pantang menyerah dan ketangguhan. Penelitian ini bertujuan menganalisis makna pantang menyerah dalam lirik lagu tersebut menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan analisis terhadap tiga tingkat makna: denotatif, konotatif, dan mitos. Hasil menunjukkan bahwa lirik Express Mode membentuk citra pahlawan modern yang progresif dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. Representasi ini diperkuat oleh pengalaman nyata Super Junior selama dua dekade dalam industri hiburan. Lagu ini berfungsi sebagai agen budaya yang menyampaikan nilai ideologis seperti keberanian, optimisme, dan ketekunan. Kesimpulannya, Express Mode bukan sekadar lagu perayaan karier, melainkan narasi simbolik yang membangun semangat juang dan ketahanan psikologis bagi generasi muda dalam realitas modern.